Di tengah tuntutan zaman yang kian dinamis dan kebutuhan industri akan tenaga terampil yang spesifik, sudah saatnya pendidikan vokasi ditempatkan pada status prioritas utama, bukan lagi tersisih sebagai pilihan kedua. Paradigma lama yang menganggap jalur akademik sebagai satu-satunya jalan menuju sukses harus diubah. Pendidikan vokasi terbukti menjadi fondasi esensial dalam menghasilkan sumber daya manusia yang siap kerja, inovatif, dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Salah satu alasan fundamental mengapa pendidikan harus menjadi prioritas adalah kemampuannya dalam mempersiapkan lulusan dengan keterampilan praktis yang langsung relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Kurikulum di lembaga vokasi, seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan politeknik, didesain dengan penekanan kuat pada praktik dan aplikasi. Siswa tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga menguasai kompetensi teknis melalui hands-on training, simulasi, dan magang industri. Ini memastikan bahwa ketika lulus, mereka telah memiliki bekal yang cukup untuk langsung berkontribusi di dunia kerja.
Kontribusi pendidikan terhadap perekonomian juga sangat signifikan. Dengan menghasilkan tenaga kerja terampil yang sesuai dengan kebutuhan industri, pendidikan secara langsung mendukung peningkatan produktivitas dan daya saing nasional. Banyak perusahaan, baik skala kecil maupun besar, sangat membutuhkan tenaga teknis yang kompeten. Lulusan vokasi memiliki tingkat penyerapan kerja yang tinggi, bahkan banyak yang sudah direkrut sebelum wisuda. Misalnya, di beberapa kawasan industri di Batam, pada tahun 2024, tingkat penyerapan lulusan politeknik lokal di bidang permesinan dan elektronika mencapai lebih dari 90%.
Meskipun demikian, untuk mengangkat pendidikan vokasi ke status prioritas yang sesungguhnya, diperlukan upaya kolektif yang lebih besar. Pemerintah harus terus meningkatkan investasi dalam fasilitas dan peralatan praktik yang modern, memastikan kualitas pengajar vokasi, dan memperkuat kemitraan dengan dunia usaha. Kebijakan yang mendukung link and match antara kurikulum vokasi dan kebutuhan industri harus terus digalakkan. Masyarakat juga perlu mengubah stigma yang melekat pada pendidikan vokasi dan mulai melihatnya sebagai jalur yang menjanjikan untuk karier yang stabil dan sukses.
Pada akhirnya, menempatkan pendidikan vokasi pada status prioritas adalah sebuah keniscayaan. Ini adalah langkah strategis untuk menciptakan angkatan kerja yang tangguh, adaptif, dan mampu bersaing di kancah global. Dengan demikian, pendidikan vokasi akan menjadi motor penggerak utama bagi kemajuan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara berkelanjutan.